Jika anda berkendara melewati sebuah kota maka akan selalu menemui dua pilihan jalur, Pertama; jalur dalam kota yang lebih dekat, yang kedua; jalur by pass atau ring road yang lebih cepat. Jika anda ingin lebih mengenal kota yang anda lalui, maka pilihan jalur dekat lebih tepat untuk anda. Tapi ingat, jika anda melalui jalur ini akan sangat beresiko menemui kemacetan. Belum lagi trafict light yang menghadang di setiap simpang yang anda lalui. Satu-satunya yang bisa menghibur anda adalah pemandangan kota yang berbeda dengan daera asal anda. Meskipun jaraknya dekat, namun untuk sampai ke tujuan lebih sering anda akan ketinggalan dengan teman anda yang memilih jalur cepat.
Bagi anda yang tidak menyukai kemacetan kota, pilih saja jalur cepat. Memang BBM yang anda gunakan akan lebih boros, namun itu akan berbanding lurus dengan harga waktu yang bisa anda efisienkan sehingga waktu anda tidak tebuang sia-sia di perjalanan. Namun anda harus hati-hati, di jalur cepat resiko kecelakaan bisa berakibat fatal. Atau jika kendaraan anda tidak dalam kondisi baik, kerusakan mesin di jalan akan terasa begitu menyedihkan karena jarak bengkel yang bisa anda temui begitu jauh.
Ini hanya sebuah analogi yang ingin saya gambarkan dalam realita bisnis yang biasa kita temui. Jalur dekat dan jalur cepat adalah dua pilihan yang sering kali tidak bisa kita kombinasikan dalam dunia bisnis. Pernahkah anda menjumpai seseorang dengan bisnis yang dibangunnya berjalan begitu lambat namun pasti. Tidak pernah ada persoalan dan jarang menjumpai rintangan, hingga dalam kurun waktu 10 tahun misalnya, ia bisa memperoleh apa yang ia citakan selama ini.
Di sisi lain, ada orang yang dalam tempo 10 tahun telah jungkir balik dan jatuh bangun membesarkan usaha yang bermacam-macam. Pada akhirnya iapun mampu memiliki lini usaha dengan capain sukses seperti yang ia citakan. Bahkan ia mampu menciptakan lebih dari satu usaha dengan capaian materi jauh diatas orang pertama yang fokus dengan satu bisnis yang ditekuninya.
Ketika anda terjun dalam sebuah bisnis akan selalu berhadapan dengan banyak tantangan, semakin besar resiko yang anda hadapi maka akan semakin besar pula peluang capain sukses anda. Jika anda ingin menjadi pribadi yang luar biasa, ambilah resiko paling besar, begitulah kurang lebih kata bijak dari Mario Teguh. Namun satu yang harus selalu anda ingat, ketika mengambil pilihan jalur cepat anda harus lebih hati-hati. Sekali anda tergelincir dalam jalan cepat tanpa rintangan ini, hanya ada sedikit orang yang bisa menolong anda. Komunitas disekitar anda telah sibuk dengan urusannya masing-masing, pertolongan yang bisa anda dapatkan dari mereka tak akan lebih dari sekedar saran yang harus anda pecahkan sendiri persoalan initinya. Kalaupun anda bisa berjumpa dengan sang penolong, maka anda harus siap untuk sharing dengan orang yang mengulurkan tangan kepada anda dalam bentuk apapun yang bisa anda sepakati.
Kondisi ini tentu akan sangat berbeda dengan jalur lambat yang nyaris tak ada resiko yang berarti. Kalaupun anda jatuh, maka tak akan terlalu menyakitkan karena anda berjalan dalam kecepatan terbatas. Disisi lain orang-orang disekitar anda akan mampu menolong. Bukan persoalan kepedulian yang jauh lebih tinggi di jalur yang anda lalui, tapi memang pertolongan yang anda butuhkan relatif lebih ringan.
Begitulah bisnis, anda bisa berekspansi dengan cepat dengan segala resiko yang ada di depan anda. Dengan track record yang baik semua bank akan mempercayai anda. Berapapun plafond yang anda ajukan, bank akan menyetujui. Membangun dan membesarkan bisnis bagi kebanyakan orang adalah hal yang mudah, namun mempertahankan menjadi pekerjaan cukup berat dan membutuhkan kerja keras. Lebih berat lagi jika anda terpuruk dari puncak kesuksesan, maka bangkit dari keterpurukan hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang berjiwa besar.
Nah, jalan manakah yang hendak anda pilih? Apakah jalur lambat dengan berbekal semboyan orang jawa “alon-alon waton kelakon”, ataukah anda lebih memilih jalur cepat yang penuh dengan resiko tapi di balik semua itu pintu sukses terbuka lebar. Toh resiko tak selalu terjadi bukan?! Seperti pepatah mendung tak berarti hujan.
AB Subranto